PERTUNJUKAN DI SAUNG ANGKLUNG UDJO
Saung Angkung Udjo
mengemas pertunjukan tradisional dengan daya tarik dan nilai jual tinggi. Salah
satu bentuk modernisasi adalah live tweet
bagi para pengunjung yang pada akhir acara akan diundi dua orang pemenang.
Mereka juga sangat interaktif terhadap para penonton, Teh Gira dan Teh Awit
selaku pembawa acara tak canggung menyapa dan berinteraksi langsung dengan
penonton untuk menghangatkan suasana. Sungguh suatu pertunjukan yang berkesan.
Demonstrasi Wayang Golek
Menampilkan wayang golek khas Sunda berupa
pementasan boneka kayu yang menyerupai badan manusia lengkap dengan kostumnya,
yang pada mulanya sering dipentaskan sebagai bagian upacara adat, seperti:
upacara bersih desa, ngruwat, dll. Dimainkan oleh seorang Dalang yang dalam
pementasan sebenarnya memakan waktu hingga semalam suntuk. Dalam pementasannya,
wayang golek ini diiringi oleh gamelan khas Jawa Barat.
Ditinjau dari filsafatnya, kata wayang
berasal dari kata bayangan, merupakan pencerminan dari sifat dalam jiwa
manusia, seperti kebajikan, angkara murka, keserakahan, dll. Dalam setiap
pementasannya, wayang selalu membawa peasn moral agar kita selalu patuh pada
Sang Pencipta dan berbuat baik terhadap sesama. Siapa menanam kebajikan, maka
ia akan menuai kebahagiaan, dan barang siapa melakukan kejahatan, maka ia akan
menuai akibatnya.
Di Saung Udjo, hanya dilakukan demonstrasi
wayang golek, antara lain bagaimana wayang berbicara, berkelahi, dan menari. Pada
kesempatan itu, kami melihat pementasan wayang golek dengan lakon ‘Cepot’.
Dibawakan dengan selera humor yang tinggi, kami pun tertawa terbahak-bahak
melihat pementasan selama kurang lebih 15 menit ini.
Helaran
Helaran seringkali dimainkan untuk
mengiringi upacara tradisional khitanan maupun pada saat upacara panen padi.
Angklung yang digunakan adalah angklung dengan dengan nada Salendro/Pentatonis
yaitu nada asli angklung Sunda yang terdiri atas Da Mi Na Ti La Da. Helaran ini
sendiri dimainkan dengan nada yang riang gembira, karena emang ditujukan untuk
menghibur dan menunjukkan rasa syukur pada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat.
Pementasan dimulai dengan masuknya empat
orang membawa bendera, disusul empat orang penari kuda lumping dan arak-arakan
pengantin sunat. Pada pementasan helaran, seorang anak kecil diangkat dan
diarak dengan kereta panggul. Kemudian ada juga tari khas Sunda yang dimainkan
anak-anak kecil dengan gaya lucu dan polos yang tentu mengundang tawa penonton.
Bermain Angklung Bersama
Dalam perkembangannya, angklung mulai
dikenal secara luas oleh masyarakat. Permainan angklung yang baik akan tercipta
bila di antara pemain terdapat kekompakan agar melodi dalam lagu dapat mengalir
dengan indah dan terus berkesinambungan.
Begitu pula dalam pementasan kemarin,
setiap penonton diberikan satu buah angklung dengan satu nada tentunya. Setiap
orang diajarkan bagaimana memainkan angkung, mulai dari tempo lambat hingga
cepat, mulai ketukan sekali hingga ketukan panjang. Sungguh suatu pembelajaran
budaya yang bagus. Teh Awit dan Teh Gira memberikan kode bagaimana
memainkan angklung sesuai harmoni nada. Beberapa lagu kami mainkan diantaranya
burung kakak tua, terajana, munajat cinta, dan lagu populer lainnya. Dengan
waktu singkat, para pengunjung diajari cara memainkan angklung secara massal,
pengalaman yang tak terlupakan.
Angklung Orkestra
Permainan angklung yang dikombinasikan
dengan alat musik seperti gitar, perkusi, dll. Angklung dapat memeinkan hampir
semua jenis lagu, klasik, kontemporer, pop, serta mengiringi vokal. Di satu
sisi, keistimewaan angklung adalah alat musik yang sangat menarik dibawakan
secara massal, di sisi lain permainan angklung yang baik akan tercipta jika
diantara para pemainnya terdapat kekompakan. Pada angklung orkestra ini,
seorang pemain tak hanya memainkan satu nada tapi keseluruhan nada, ini
merupakan inovasi angklung modern. Para pemainnya bukan hanya pria dewasa,
tetapi juga remaja putra putri yang belajar di sanggar. Luar Biasa.
Pada permainan angklung, anak-anak sanggar
juga menghibur para penonton dengan parade lagu Nusantara, mulai lagu Bungong
Jeumpa (NAD), Kicir Kicir (DKI), Cublak Cublak Suweng (Jateng), hingga Yamko
Rambe Yamko (Papua). Semua dibawakan dengan menarik dan indah.
Menari Bersama
Pada akhir pertunjukan, beberapa penonton
diajak untuk turun ke pentas dan diajak menari bersama. Sebenarnya yang
ditarikan semacam game tradisional,
tetapi para penonton yang berasal dari kalangan dewasa menikmati dan mengikuti
iramanya. Terciptalah suatu pemandangan yang bagus dimana anak-anak kecil
menari dan bergembira ria bersama orang tua. Semua berbaur dalam kesenangan dan
menikmati alunan harmoni nada yang mengiringi.
Setelah kurang lebih satu setengah jam
menikmati pementasan akhirnya acara ditutup dengan ucapan terima kasih dan
perpisahan dari pembawa acara. Tak lupa hadiah bagi pemenang live tweet juga diumumkan. Satu hal yang
dapat kita pelajari dari Saung Udjo adalah pelestarian budaya daerah yang
pengelolaannya yang berstandar internasional. Indonesia yang kaya akan budaya
harusnya bisa mengembangkan potensi budaya di masing-masing daerah sehingga
budaya Indonesia bisa mendunia.
Jayalah Kebudayaan Nusantara, Salam Budaya, Salam Bhinneka
Tunggal Ika!